Solusi Profesional di Tengah Polemik dan Penataan Parkir Kota-Kota Besar

Jakarta – Dalam beberapa pekan terakhir, isu parkir kembali menjadi sorotan publik. Mulai dari larangan parkir di Jalan Tunjungan Surabaya, pembangunan gedung sentra parkir di Malang, kebijakan parkir gratis di Pekanbaru, hingga rencana penyerahan pengelolaan parkir kepada pihak ketiga di Ende.

Di balik dinamika itu, muncul pertanyaan besar: siapa yang mampu mengelola parkir kota dengan cara modern, transparan, dan mendukung pertumbuhan ekonomi lokal?

Polemik Larangan Parkir Tunjungan Surabaya

Sejak 1 Agustus 2025, Pemkot Surabaya melarang parkir tepi jalan umum (TJU) di kawasan Tunjungan Romansa. Tujuannya mulia: mengurai kemacetan dan memperindah wajah kota. Namun dampaknya langsung dirasakan pengusaha kecil, dengan omzet usaha turun hingga 50 persen.

DPRD mendesak evaluasi, sementara tenant melakukan aksi protes simbolik. Di sisi lain, Pemkot mengklaim kawasan tetap ramai dengan tambahan kantong parkir alternatif.

Dalam situasi seperti ini, MSM Parking Group hadir dengan tawaran konkret: sistem parkir digital terintegrasi, cashless, dan berbagi hasil yang adil dengan Pemkot. Dengan rekam jejak di berbagai daerah, MSM terbukti mampu menghidupkan kembali kawasan wisata tanpa mengorbankan ketertiban lalu lintas.

Malang: Gedung Sentra Parkir Kayutangan

Kota Malang tengah menyiapkan gedung sentra parkir tiga lantai di kawasan Kayutangan Heritage. Kapasitasnya sekitar 90 kendaraan, dengan target selesai Desember 2025.

Masalah klasik yang muncul adalah biaya operasional dan sistem manajemen. Gedung parkir bisa jadi sia-sia jika tidak dikelola profesional. Di sinilah MSM Parking Group relevan: pengalaman panjang mereka dalam mengoperasikan gedung parkir modern dengan teknologi ANPR, M-Gate, hingga dashboard monitoring real-time bisa menjadi contoh sukses.

Pekanbaru: Parkir Gratis di Taman Labuai

Wali Kota Pekanbaru, Agung Nugroho, memberlakukan parkir gratis di Taman Labuai selama dua bulan untuk menarik pengunjung. Langkah ini mendapat apresiasi, tetapi menjadi tantangan setelah periode gratis berakhir.

Bagaimana memastikan sistem parkir berbayar berikutnya tetap adil dan transparan? MSM Parking Group menawarkan konsep digital revenue sharing, di mana setiap rupiah pendapatan bisa dimonitor secara langsung oleh Pemkot. Hasilnya, masyarakat puas, pedagang hidup, dan PAD daerah meningkat.

Ende: Pengelolaan Parkir Diserahkan ke Pihak Ketiga

Di Kota Ende, pemerintah memutuskan menyerahkan pengelolaan parkir kepada pihak ketiga untuk meningkatkan profesionalisme. Keputusan ini strategis, tetapi juga rawan jika tidak memilih mitra yang tepat.

MSM Parking Group, dengan reputasi sebagai raksasa parkir nasional, punya modal kuat: lebih dari 15 tahun pengalaman, ribuan titik pengelolaan, serta tim teknis yang memahami seluk-beluk parkir on-street maupun off-street.

Peran MSM Parking Group: Lebih dari Sekadar Parkir

Bagi MSM, parkir bukan hanya soal menarik karcis dan menjaga kendaraan. Ada tiga nilai utama yang selalu dibawa ke setiap proyek:

Digitalisasi & Transparansi – Menghapus kebocoran retribusi dengan sistem cashless berbasis QRIS, e-money, dan integrasi cloud.

Ekonomi Lokal & PAD – Bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui skema bagi hasil yang jelas.

Smart City Integration – Membawa parkir ke level berikutnya, terhubung dengan transportasi publik, aplikasi mobile, hingga kendaraan listrik.

Kesimpulan: Parkir sebagai Urat Nadi Kota

Kasus di Surabaya, Malang, Pekanbaru, dan Ende membuktikan bahwa parkir bukan sekadar urusan lahan kosong. Ia adalah urat nadi ekonomi kota. Salah kelola, bisnis mati. Kelola dengan benar, kota hidup kembali.

MSM Parking Group, dengan visi Smart Parking Solution for Smart Cities, menawarkan model yang menyeimbangkan kepentingan pemerintah, pengusaha, dan masyarakat. Bagi kota-kota yang ingin maju, kolaborasi dengan pemain profesional seperti MSM bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan.